Rabu, 18 Juli 2012

CERPEN: Satu Sama


          Namaku Zetlina Putri Tunggal Subagyo sesuai dengan nama ku, aku adalah anak tunggal, terlahir dari orangtua yang memiliki latar belakang bisnis, ayahku seorang pengusaha restoran yang memiliki banyak cabang di setiap kota, sedangkan ibu ku pemilik butik muslimah modern. Aku sangat bersyukur di sekeliling ku banyak orang yang menyangiku, terlebih lagi aku sangat beruntung memiliki sahabat seperti Mei yang selalu setia menemani ku dalam keadaan apa pun, tetapi aku sangat tidak beruntung mendapat seorang dosen yang sangat menyebalkan bagiku, Pak Sunaryo itu namanya.
Hari Senin dan Rabu adalah hari yang sangat menjengkelkan bagi  aku, karena dosen yang mengampu matakuliah bahasa Indonesia sangat menyebalkan Pak Sunaryo, ia membuatku ingin cepet-cepet waktu berlalu begitu saja, aku selalu menjadi bahan ejekan dosen tersebut entah karena apa mulanya. Yang masih teringat di otak ku adalah, saat pertama kali Pak Sunaryo masuk ke dalam kelas dan ia mengabsen nama mahasiswa satu per satu, tetapi ada hal yang sangat membuat ku kesal saat Pak Sunaryo menyebut nama ku,
“Zetlina Putri Tunggal Subagyo” Pak Sunaryo dengan jeli mencari mahasiswa yang mengangkat tangan.
“Saya Pak” dengan semangat aku mengangkat tangan
“Nak, nama mu panjang sekali seperti rel kereta api” ucap Pak Sunaryo
*
Sepulang perkuliahan Mei mengajakku datang ke acara lomba band antar fakultas, aku sejujurnya malas sekali datang ke acara seperti itu hanya membuat kepalaku pusing pasti di sana ramai sekali, karna Mei adalah sahabatku tak enak aku menolak ajakannya, dengan berat hati aku menerima ajakan Mei.
Ku kira di sana akan membuatku bosan tapi ternyata di acara tersebut sangat menyenangkan banyak mahasiswa-mahasiswa dari fakultas lain yang tampangnya membuat hatiku meleleh, “ya Tuhan begitu sempurna ciptaan-Mu” jeritku dalam hati.
Mei meninggalkan aku sendiri di acara tersebut, ternyta kekasihnya Mei mengikuti lomba tersebut sehingga Mei menjadi seksi sibuk menjadi asisten kekasihnya.
Dahaga mulai terasa saat panas terik matahari tepat berada di atas kepala, aku memilih untuk membeli sup buah yang sepertinya akan membuat segar untuk membasuh tenggorokan yang kering di. Stand sup buah berada di p samping panggung di sana banyak sekali mahasiswa yang berbondong-bondong untuk melepaskan dahaganya dengan menyeruput sup buah, setelah 15 menit berlalu akhirnya sup buah ku dapat juga. Ketika aku akan membalikan badan oh ternyata tak ku sangka aku menabrak seorang pria yang sedang membawa gitar, segelas sup buah ditanganku ternyata tumbah mengenai gitarnya, dia tampak panik saat melihat gitar kesayangannya yang akan di gunakan untuk lomba basah dan pasti akan menyebabkan suara gitar tersebut akan berubah, dia tampak marah padaku, matanya melotot seakan-akan kedua bolanya keluar dan jatuh kelantai, wajahnya memerah sepertinya darahnya telah sampai keubun-ubun. Rasanya aku ingin berlari sekencang-kencangnya tapi apa daya aku pasrah berdiam diri, dan tiba-tiba dia berkata
 “untung saja kau wanita jika sudah ku ajak rebut di sini” aku kaget mendengar ucapan tersebut.
Laki-laki itu menarik tanganku dan mengajak ku ke luar dari kerumanan,
“kamu itu bagimana, ini gitar kesayangan aku dan sebentar lagi aku gitar ini mau aku pakai lomba, klo gitar aku basah kaya gini bagimana mau di gunakan? kalau ingin membalikan badan itu lihat-lihat dulu di belakang kamu itu ada orang atau tidak, jadi tidak akan seperti ini kejadiannya” dengan panjang lebar Laki-laki iti berbicara.
“Maaf ya, aku bener-bener tidak sengaja! Sumpah!”
“Terus sekarang bagaimana dengan gitar ku, memangnya dengan kata maaf gitar ku ini bisa seperti sedia kala lagi? kamu harus ganti gitar ku. Pokoknya aku tidak mau tahu! TITIK.”
“APAAAAAA?” dengan nada yang sangat kaget
“Iya kamu harus ganti gitar ku, aku minta nomor hand phone mu” sambil mengeluarkan telepon genggam dari saku celanannya.
“0856123456789 itu nomor telepon aku, yasudah jika ada apa-apa sama gitar kesayangan mu itu, lu hubungi aku aja”
“Nama mu siapa” Tanya laki-laki itu yang tatapannya masih terpaku pada telepon genggamnya.
“Zetlina” jawabku
“Nama ku Tomi, fakultas Hukum. Nanti aku akan menghubungi mu, ya sudah aku harus cepat-cepat kembali ke sana teman-teman ku pasti sudah menunggu” Tomi berjalan meninggalkan aku yang masih tertegun.
*
Saat malam tiba, aku baringkan diriku yang lelah di atas kasur yang sangat nyaman, dilapisi seprai berwarna hijau bermotof dedaunan nampak segar jika di pandang, ada beberapa boneka besar berada di atas kasur, teddy bear berwarna merah jambu yang paling aku suka karena boneka itu pemberian dari papah. Dalam kenyamanan tiba-tiba terlintas dibenak ku kejadian siang tadi.
“Duh aku ko tadi cereboh sekali ya, bisa-bisanya aku menabrak orang. Tapi cowok yang tadi aku tabrak lumayan juga. Hehehe” ucapku dalam hati.
Sedang asyik aku dalam lamunan, tiba-tiba telepon genggam ku berbunyi.
* “aku tunggu kamu besok di kampus.”
Aku terkejut, saat membaca pesan singkat tanpa nama itu.
Aku pun membalasnya * “maaf ini siapa ya?”
Ku tunggu balasan dengan perasaan penasaran, tapi setelah ku tunggu dan ku tunggu ternyata tak ada balasan.

*
“Mei semalam aku mendapat pesang singkat dari seseorang, dia mau bertemu denganku di kampus nanti siang” cerita ku pada Mei dalam mobil perjalanan menuju kampus.
“Siapa memangnya yang mengirim pesan singkat pada mu?” Tanya Mei penasaran sambil mencondongkan wajahnya pada ku.
“Aku juga tidak tahu! Siapa yang mengirim pesan singkat itu, orang itu tidak meyertakan nama”
“Awasssssss Zetlin” !!! Teriak Mei dengan histeris
“Awww” teriak ku sambil menginjak pedal rem dengan tiba-tiba
“Hampir saja kau tabrak itu motor” ucap Mei sambil memegang keningnya yang terbentur dasbot mobil.
“Ini motor milik siapa? Lancang sekali menyimpan motor di tempat biasa mobil ku ini parkir” dengan nada kesal.
            Dari arah kejauhan datang seorang laki-laki menghampiri motor tersebut.
“Maaf ini motor saya, permisi” sambil menghampiri motor yang terhalang oleh mobilku.
“Heii” menghampiri laki-laki tersebut.
“Kamu Tomi yang kemarin itu ya?”
“Oh iya, kamu cewek yang kemarin nabrak gitar aku sampai basahkan?”
“Iya” dengan nada memelas
“Semalam aku sms kam.....” belum selesai Tomi bicara aku sudah memotong pembicaraannya
“Oh jadi yang semalam sms aku itu kamu”
“Iya itu aku, maaf aku belum sempat balas pulsa ku habis”
“Ada apa hari ini kamu mau ketemu aku di kampus”
“Iya aku hari ini mau minta pertanggung jawaban kamu, buat belikan aku gitar yang sama persis dengan gitar aku yang kamu rusakin itu, ayo cepat naik motorku” sambil menarik tanganku dengan erat untuk menaiki motornya.
“Iya sebentar dulu, lalu mobilku bagaimana?” sambil menarik tangan ku dari genggamannya.
“Sudah berikan saja koncinya pada tamanmu” mengambil konci mobil dalam genggaman ku dan melemparkannya pada Mei.
            *
Saat dalam perjalanan, Tom teringat kata-kata ayahnya semalam,
“Ayah minta pada acara ulang tahun ayah malam minggu depan kamu membawa teman wanita, ayah khawatir pada mu nak, dari kamu sekolah hingga saat ini kamu sudah semester akhir kamu belum pernah membawa teman wanita ke rumah selalu saja teman laki-laki yang kamu bawa ke rumah”
“Maaf ayah, aku...”
“Sudahlah, ayah tidak mau lagi dengar apa pun yang akan kau katakan, ayah hanya ingin kau membawa teman wanita pada acara ulang tahun ayah jika tidak ayah tidak akan membelikan mu mobil”
Tiba-tiba saja aku mengejetkunnya,
“Mau kemana kita ini?” Tanya ku dengan penasaran
Tom membelokan motornya ke taman,
“Loh ko malah ke taman si, katanya mau cari gitar”
“Sudah sampai, cepat turun!” dengan nada memerintah.
Dengan perasaan bingung, aku pun segera turun dari motor dan duduk di kursi taman sambil memerhatikan Tom yang sedang membuka helm dan menyimpannya di atas jok motor.
“Jangan liat-liat terus nanti naksir” goda Tom pada ku.
“Apa sih kamu, P.D sekali. Siapa juga yang mempehatikan kamu?” jawab ku ketus
Tom berjalan dari motor dan duduk menghampiri ku, disamping ku dia duduk dan kita terdiam, tiba-tiba dalam keheningan Tom memecehkan keheningan ia membuka pembicaraan dengan menanyakan identitas ku.
“Kamu itu fakultas apa?” Tanya Tom sambil memainkan telepuon genggamnya.
“Aku fakultas Ekonomi”
Setelah Tom banyak bertanya tentang diri ku, tiba-tiba dia bercerita tentang masalah yang sedang mengganjal di pikirannya,
“Tom maaf, kenapa kau bercerita masalah mu kepadaku, kita kan baru saling mengenal?” Tanya ku pada Tom
“Jujur seumur hidupku tak pernah aku memiliki teman wanita, motor ku saja baru pertama kali dinaiki wanita selain adik dan ibu ku, sejak awal aku melihatmu aku yakin kau perempuan baik, kalau saja kau tak menabrak ku pada saat itu tak mungkin aku bisa mengenalmu, tak memiliki jiwa besar aku untuk berkenalan dengan seorang wanita” cerita Tom pada ku.
“Lalu apa urusannya masalah ku dengan mu, itu kan urusan pribadi mu”
“Jelas ini ada hubungannya denganmu, kau telah merusak gitar kesayangan ku, dan kau harus bertanggung jawab dengan hal itu”
“Ya, aku pasti mengganti gitar kesayanganmu itu”
“Tidak mungkin ada di Indonesia gitar yang sama persis dengan gitar ku itu, gitar itu ku dapat dari ayah sewaktu dia liburan dari Eropa, dan di Eropa gitar ini di buat hanya sepuluh buah. Jadi tidak mungkin kau menemukan gitar yang sama dengan milik ku. Kalau kau ingin mengganti gitarku pergi sana ke Eropa”
“Apa? Ke Eropa?” aku terkejut mendenger apa yang di katakana oleh Tom.
“Iya ke Eropa, tapi jika kau mau membantu ku, kau tak perlu mengganti gitarku”
“Aku harus membantu mu apa? Cepat katakana!”
“Kau datang di acara ulang tahun ayah ku dan menjadi teman wanita ku”
“APAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA, TIDAK MUNGKIN” teriak ku histeris
“Oke tak masalah kau menolak, silahkan sana pergi ke Eropa dan cari gitar yang sama dengan milik ku”
Aku berada dalam kebimbangan, tak mungkin aku pergi ke Eropa papah ku pasti tidak mengizinkan, karena liburan semester kemarin aku baru saja pulang berlibur dari sana belum lagi aku harus membeli gitar yang harganya pasti mahal sekali. Apakah aku harus membantunya? Hati ku seperti bergejolak, aku serasa berada di bawah air terjun yang deras, bertubi-tubi air menghantam ku dengan sangat keras, membuat kepala ku sakit.
Dengan berat hati, dan dengan badan yang bergematar aku bicara pada Tomi, tak berani aku menatap kedua bola matanya, entah mengapa tiba-tiba jantungku berdebar-debar dengan sangat hebat, aku hanya dapat menunduk agar tidak terlihat bahwa aku gugup.
“To..mmm” terbata-bata aku mengucapkan nama Tomi
“Iya..” jawab Tomi santai
“Aku terima tawaran mu untuk menjadi teman wanita mu di acara ulang tahun papa mu, tapi hanya satu malam aku jadi teman wanita mu tidak untuk seterusnya” jawab ku dengan nada tinggi.
*
Aku berdiri di atas balkon kamar ku, aku memandang langit, malam itu angkasa di penuhi dengan bintang-bintang yang sinarnya cukup membuat nyaman hati ku, angin bertiup dengan lembut menyentuh hingga kalbu, pepohonan seperti melambai-lambai kearah ku yang sedang membayangkan wajah Tomi di lamunan ku, dengan tersipu malu tanpa sadar aku tersenyum siput saat wajah Tomi hadir dalam lamunan, tiba-tiba aku terjelembab tersadar bahwa aku sedang melamun saat klakson mobil papah terdegar dengan keras dari balik pagar, memangggil pak kardi cepat membukakan pintu.
*
Hari ini aku sedikit terlambat tiba di kampus, oh ternyata tak ku duga dosen yang menyebalkan itu sudah datang, dengan nafas terengah-engah, keringat bercucuran di seluruh keningku membuat ku nampak usang, tergopoh-gopoh aku memasuki pintu kelas, dengan suara lembut aku mengucapkan salam.
“Selamat pagi, pak!” dengan badan sedikit di bungkukan.
“ Jam berapa ini?” dengan nada datar tanpa melihat kehadiran ku.
“Maaf pak, saya terlambat” dengan nada pelan hampir tak terdengar
“Sudah tau terlambat buat apa masuk, perkuliahan sudah di mulai sejak 15menit yang lalu” masih dengan nada datar tanpa ekspresi.
“Maaf pak” aku bicara masih dalam keadaan tarikan nafas yang belum beraturan.
“Yasudah sana duduk, kasihan habis lari maraton maklum rumahnya jauh tidak ada angkutan” dengan nada mengejek keaarah teman-teman yang berada dalam kelas.
Kelas manjadi riuh, teman-teman tertawa saat mendengar ejekan Pak Sunaryo utuk ku.
“Makasih Pak” aku berjalan menuju bangku kosong.
Baru saja bokong ku menempel di bangku, dosen menyebalkan itu sudah menggoda ku lagi,
“Coba Zetlin, kau sebutkan Chairil Anwar itu penyair angkatan tahun berapa?”
“Ya Pak saya tahu, angkatan 45” dengan suara keras aku menjawab.
“Ya kamu pasti tahu, kamu kan hidup pada zaman itu”
“arrrggggggggggggggggggggghhhhh, aku kesel” aku menggerutu dalam hati.
“Bapak tidak mau ya punya menantu orang zaman dahulu macam kamu ini”
“hehehe... iyaaa pak” senyum sinis
“amin-amit juga ya aku punya mertua yang super ngeselin kaya bapa” masih dalam gerutuan ku dalam hati.
*
“Mei aku sebel sama dosen si rambut klimis, kenapa ya dia itu seneng sekali melihat aku di permalukan depan teman-teman”
“Sabar ya Zetlin, Pak Sunaryo itu cuma bercanda sama kamu” Mei mencoba untuk menghiburku
“Lagian menjengkelkan sekali itu dosen, kalau pun dia punya anak laki-laki mana mau aku sama anaknya, pasti anaknya tidak jauh berbeda dengan ayahnya yang menjengkalkan itu”
*
Cahaya matahari mulai tenggalam meninggalkan bumi, hari ini adalah hari yang tak ku harapkan, sebentar lagi malam tiba dan Tomi akan menjemputku untuk hadir ke acara ulang tahun ayahnya, dan sekaligus aku akan menjadi teman wanitanya Tomi. Aku tak terbayang apa yang harus ku lakukan nanti saat bertemu ayahnya Tomi.
 Aku mulai bersiap-siap, malam ini aku mengenakan gaun berwarna biru lembut serta dipadukan dengan jilbab yang kulilit berbentuk bunga di atas kuping sebelah kanan berwarna biru senada dengan warna gaun yang dikenakan, aku lengkapi penampilan dengan membalut kaki ku yang jenjang dengan sepatu berhak tinggi berwarna hitam bertabur permata yang akan memancarkan cahaya jika dalam suasana gelap.
“Zetlinaaaaaaa.......” teriak mama
“Iya mam...” teriak ku dari kamar
“Cepat turun, ada teman mu”
“Wah Tomi sudah datang” badanku mulai bergetar, tubuhku terasa dingin, kaki ku terasa berat untuk melangkah.
*
Tomi tampak sangat tampan dan berkharismatik, mala ini Tomi bagaikan laki-laki paling semurna di mataku, ia mengenakan kemeja berwarna biru dibalut dengan jas hitam sesuai dengan bentuk tubuhnya yang atletis, rambutnya di tata rapih, dan sangat harum aroma parfum yang dipakainya sepertinya hati ku meleleh melihat Tomi, aku berasa mimpi malam ini.
“Heiii....kamu kenapa Zetlin” sambil melambaikan tangannya kedepan waajahku.
            “Oh...tidak apa-apa” aku mencoba bangun dari lamunan ku
            “Kamu terpesona ya lihat ketampananku” dengan wajah mengejek sambil merapihkan kerah.
“Sudah ayo cepat kita turun dari mobil” ajak ku mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Sepertinya kamu ingin cepet-cepat, sudah tidak sabar ya mau aku gandeng tangannya” ejek Tomi pada ku
“Apa sih Tom, ingat ya aku mau datang ke sini karna aku bertanggung jawab atas gitar mu yang tidak sengaja aku siram” ucap ku ketus sambil mengarakan telunjuk tepat mendarat di depan wajahnya.
Sesampainya aku di depan pagar, banyak sekali tamu yang datang sepertinya aku mengenal tamu-tamu yang datang di sini.
“Zetlina yang tampak sangat cantik sekali mala mini, tunggu di sini sebentar ya aku mau panggil ayah ku” bisik Tomi dengan lembut di telinga ku.
Jantungku berdebar-debar saat Tomi membisikan kata-kata tadi, aku serasa salah tingkah, dan sepertinya wajah ku kini memerah.
Selang tak seberapa lama dari tengah kerumunan Tomi datang menghampiri ku, dengan tenang ia menggandeng tanganku berjalan menuju pinggir kolam berenang,
“Bunda... ayah mana?” Tanya Tomi pada seorang wanita cantik yang sangat mirip dengannya.
“Ayah di dalam sedang bersiap-siap, sebentar lagi juga keluar”
Tiba-tiba jantungku terasa berhenti, saat sesosok laki-laki keluar dari dalam rumah,
“Ayah ini pacar aku...”
“Pacar mu” dengan wajah yang kaget.
“Tomi ini benar ayah mu” tanya ku dengan lembut.
Aku sungguh tak menyangka ternyata ayah Tomi adalah Pak Sunaryo, dosen yang sangat menyebalkan bagi ku, terlintas dalam hati aku ingin berlari tetapi bagi ku inilah saatnya untuk membalas rasa sakit hati, Pak Sunaryo pernah berkata pada ku bahwa ia tak ingin memeliki menantu seperti ku, tetapi ternyata hari ini aku akan menjadi calon menantunya walau hanya rekayasa antara aku dan Tomi.
“Selamat malam Om, selamat ulang tahun” dengan lembut aku mengucapkan kata-kata itu sambil mencium tangannya agar terkesan sopan.
“Ternyata kamu ini pacarnya Tomi” tanya Pak Sunaryo dengan terheran-heran.
“Iya om, saya pacarnya Tomi” dengan memberikan senyuman yanhg sangat manis agar meyakinkan aku benar-benar kekasih Tomi.
Tiba-tiba Pak Sunaryo memegang dada, wajahnya mulai pucat pasi, badannya mulai sempoyongan tidak dapat berdiri tegak lagi. Orang-orang di sekeliling mulai panik, Bunda Tomi mulai histeris.
            “Tomi cepat panggil ambulance”
Dan ternyata Pak Sunaryo memiliki penyakit jantung, jantungnya kumat, sepertinya dia kaget saat mengetahui kekasih Tomi adalah aku, padahal aku hanya pura-pura menjadi teman wanita Tomi. Tetapi aku cukup puas, sehingga nanti di kelas Pak Sunaryo tidak dapat mengejek ku lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar