Namaku Zetlina Putri Tunggal Subagyo sesuai dengan
nama ku, aku adalah anak tunggal, terlahir dari orangtua yang memiliki latar
belakang bisnis, ayahku seorang pengusaha restoran yang memiliki banyak cabang
di setiap kota, sedangkan ibu ku pemilik butik muslimah modern. Aku sangat
bersyukur di sekeliling ku banyak orang yang menyangiku, terlebih lagi aku
sangat beruntung memiliki sahabat seperti Mei yang selalu setia menemani ku
dalam keadaan apa pun, tetapi aku sangat tidak beruntung mendapat seorang dosen
yang sangat menyebalkan bagiku, Pak Sunaryo itu namanya.
Hari Senin dan Rabu adalah hari yang sangat
menjengkelkan bagi aku, karena dosen
yang mengampu matakuliah bahasa Indonesia sangat menyebalkan Pak Sunaryo, ia membuatku
ingin cepet-cepet waktu berlalu begitu saja, aku selalu menjadi bahan ejekan
dosen tersebut entah karena apa mulanya. Yang masih teringat di otak ku adalah,
saat pertama kali Pak Sunaryo masuk ke dalam kelas dan ia mengabsen nama
mahasiswa satu per satu, tetapi ada hal yang sangat membuat ku kesal saat Pak
Sunaryo menyebut nama ku,
“Zetlina Putri Tunggal Subagyo” Pak Sunaryo dengan
jeli mencari mahasiswa yang mengangkat tangan.
“Saya Pak” dengan semangat aku mengangkat tangan
“Nak, nama mu panjang sekali seperti rel kereta api”
ucap Pak Sunaryo
*
Sepulang perkuliahan Mei mengajakku datang ke acara
lomba band antar fakultas, aku sejujurnya malas sekali datang ke acara seperti
itu hanya membuat kepalaku pusing pasti di sana ramai sekali, karna Mei adalah
sahabatku tak enak aku menolak ajakannya, dengan berat hati aku menerima ajakan
Mei.
Ku kira di sana akan membuatku bosan tapi ternyata di
acara tersebut sangat menyenangkan banyak mahasiswa-mahasiswa dari fakultas
lain yang tampangnya membuat hatiku meleleh, “ya Tuhan begitu sempurna
ciptaan-Mu” jeritku dalam hati.
Mei meninggalkan aku sendiri di acara tersebut,
ternyta kekasihnya Mei mengikuti lomba tersebut sehingga Mei menjadi seksi
sibuk menjadi asisten kekasihnya.
Dahaga mulai terasa saat panas terik matahari tepat
berada di atas kepala, aku memilih untuk membeli sup buah yang sepertinya akan
membuat segar untuk membasuh tenggorokan yang kering di. Stand sup buah berada
di p samping panggung di sana banyak sekali mahasiswa yang berbondong-bondong
untuk melepaskan dahaganya dengan menyeruput sup buah, setelah 15 menit berlalu
akhirnya sup buah ku dapat juga. Ketika aku akan membalikan badan oh ternyata
tak ku sangka aku menabrak seorang pria yang sedang membawa gitar, segelas sup
buah ditanganku ternyata tumbah mengenai gitarnya, dia tampak panik saat
melihat gitar kesayangannya yang akan di gunakan untuk lomba basah dan pasti
akan menyebabkan suara gitar tersebut akan berubah, dia tampak marah padaku,
matanya melotot seakan-akan kedua bolanya keluar dan jatuh kelantai, wajahnya
memerah sepertinya darahnya telah sampai keubun-ubun. Rasanya aku ingin berlari
sekencang-kencangnya tapi apa daya aku pasrah berdiam diri, dan tiba-tiba dia
berkata
“untung saja
kau wanita jika sudah ku ajak rebut di sini” aku kaget mendengar ucapan tersebut.
Laki-laki itu menarik tanganku dan mengajak ku ke luar
dari kerumanan,
“kamu itu bagimana, ini gitar kesayangan aku dan
sebentar lagi aku gitar ini mau aku pakai lomba, klo gitar aku basah kaya gini bagimana
mau di gunakan? kalau ingin membalikan badan itu lihat-lihat dulu di belakang
kamu itu ada orang atau tidak, jadi tidak akan seperti ini kejadiannya” dengan
panjang lebar Laki-laki iti berbicara.
“Maaf ya, aku bener-bener tidak sengaja! Sumpah!”
“Terus sekarang bagaimana dengan gitar ku, memangnya
dengan kata maaf gitar ku ini bisa seperti sedia kala lagi? kamu harus ganti
gitar ku. Pokoknya aku tidak mau tahu! TITIK.”
“APAAAAAA?” dengan nada yang sangat kaget
“Iya kamu harus ganti gitar ku, aku minta nomor hand
phone mu” sambil mengeluarkan telepon genggam dari saku celanannya.
“0856123456789 itu nomor telepon aku, yasudah jika ada
apa-apa sama gitar kesayangan mu itu, lu hubungi aku aja”
“Nama mu siapa” Tanya laki-laki itu yang tatapannya
masih terpaku pada telepon genggamnya.
“Zetlina” jawabku
“Nama ku Tomi, fakultas Hukum. Nanti aku akan
menghubungi mu, ya sudah aku harus cepat-cepat kembali ke sana teman-teman ku
pasti sudah menunggu” Tomi berjalan meninggalkan aku yang masih tertegun.
*
Saat malam tiba, aku baringkan diriku yang lelah di
atas kasur yang sangat nyaman, dilapisi seprai berwarna hijau bermotof dedaunan
nampak segar jika di pandang, ada beberapa boneka besar berada di atas kasur,
teddy bear berwarna merah jambu yang paling aku suka karena boneka itu
pemberian dari papah. Dalam kenyamanan tiba-tiba terlintas dibenak ku kejadian
siang tadi.
“Duh aku ko tadi cereboh sekali ya, bisa-bisanya aku menabrak
orang. Tapi cowok yang tadi aku tabrak lumayan juga. Hehehe” ucapku dalam hati.
Sedang asyik aku dalam lamunan, tiba-tiba telepon genggam
ku berbunyi.
* “aku tunggu kamu besok di kampus.”
Aku terkejut, saat membaca pesan singkat tanpa nama
itu.
Aku pun membalasnya * “maaf ini siapa ya?”
Ku tunggu balasan dengan perasaan penasaran, tapi
setelah ku tunggu dan ku tunggu ternyata tak ada balasan.
*
“Mei semalam aku mendapat pesang singkat dari
seseorang, dia mau bertemu denganku di kampus nanti siang” cerita ku pada Mei
dalam mobil perjalanan menuju kampus.
“Siapa memangnya yang mengirim pesan singkat pada mu?”
Tanya Mei penasaran sambil mencondongkan wajahnya pada ku.
“Aku juga tidak tahu! Siapa yang mengirim pesan
singkat itu, orang itu tidak meyertakan nama”
“Awasssssss Zetlin” !!! Teriak Mei dengan histeris
“Awww” teriak ku sambil menginjak pedal rem dengan
tiba-tiba
“Hampir saja kau tabrak itu motor” ucap Mei sambil
memegang keningnya yang terbentur dasbot mobil.
“Ini motor milik siapa? Lancang sekali menyimpan motor
di tempat biasa mobil ku ini parkir” dengan nada kesal.
Dari arah kejauhan datang seorang
laki-laki menghampiri motor tersebut.
“Maaf ini motor saya, permisi” sambil menghampiri
motor yang terhalang oleh mobilku.
“Heii” menghampiri laki-laki tersebut.
“Kamu Tomi yang kemarin itu ya?”
“Oh iya, kamu cewek yang kemarin nabrak gitar aku
sampai basahkan?”
“Iya” dengan nada memelas
“Semalam aku sms kam.....” belum selesai Tomi bicara
aku sudah memotong pembicaraannya
“Oh jadi yang semalam sms aku itu kamu”
“Iya itu aku, maaf aku belum sempat balas pulsa ku
habis”
“Ada apa hari ini kamu mau ketemu aku di kampus”
“Iya aku hari ini mau minta pertanggung jawaban kamu,
buat belikan aku gitar yang sama persis dengan gitar aku yang kamu rusakin itu,
ayo cepat naik motorku” sambil menarik tanganku dengan erat untuk menaiki
motornya.
“Iya sebentar dulu, lalu mobilku bagaimana?” sambil
menarik tangan ku dari genggamannya.
“Sudah berikan saja koncinya pada tamanmu” mengambil
konci mobil dalam genggaman ku dan melemparkannya pada Mei.
*
Saat dalam perjalanan, Tom teringat kata-kata ayahnya
semalam,
“Ayah minta pada acara ulang tahun ayah malam minggu
depan kamu membawa teman wanita, ayah khawatir pada mu nak, dari kamu sekolah
hingga saat ini kamu sudah semester akhir kamu belum pernah membawa teman
wanita ke rumah selalu saja teman laki-laki yang kamu bawa ke rumah”
“Maaf ayah, aku...”
“Sudahlah, ayah tidak mau lagi dengar apa pun yang
akan kau katakan, ayah hanya ingin kau membawa teman wanita pada acara ulang
tahun ayah jika tidak ayah tidak akan membelikan mu mobil”
Tiba-tiba saja aku mengejetkunnya,
“Mau kemana kita ini?” Tanya ku dengan penasaran
Tom membelokan motornya ke taman,
“Loh ko malah ke taman si, katanya mau cari gitar”
“Sudah sampai, cepat turun!” dengan nada memerintah.
Dengan perasaan bingung, aku pun segera turun dari
motor dan duduk di kursi taman sambil memerhatikan Tom yang sedang membuka helm
dan menyimpannya di atas jok motor.
“Jangan liat-liat terus nanti naksir” goda Tom pada
ku.
“Apa sih kamu, P.D sekali. Siapa juga yang
mempehatikan kamu?” jawab ku ketus
Tom berjalan dari motor dan duduk menghampiri ku, disamping
ku dia duduk dan kita terdiam, tiba-tiba dalam keheningan Tom memecehkan
keheningan ia membuka pembicaraan dengan menanyakan identitas ku.
“Kamu itu fakultas apa?” Tanya Tom sambil memainkan
telepuon genggamnya.
“Aku fakultas Ekonomi”
Setelah Tom banyak bertanya tentang diri ku, tiba-tiba
dia bercerita tentang masalah yang sedang mengganjal di pikirannya,
“Tom maaf, kenapa kau bercerita masalah mu kepadaku,
kita kan baru saling mengenal?” Tanya ku pada Tom
“Jujur seumur hidupku tak pernah aku memiliki teman
wanita, motor ku saja baru pertama kali dinaiki wanita selain adik dan ibu ku,
sejak awal aku melihatmu aku yakin kau perempuan baik, kalau saja kau tak
menabrak ku pada saat itu tak mungkin aku bisa mengenalmu, tak memiliki jiwa
besar aku untuk berkenalan dengan seorang wanita” cerita Tom pada ku.
“Lalu apa urusannya masalah ku dengan mu, itu kan
urusan pribadi mu”
“Jelas ini ada hubungannya denganmu, kau telah merusak
gitar kesayangan ku, dan kau harus bertanggung jawab dengan hal itu”
“Ya, aku pasti mengganti gitar kesayanganmu itu”
“Tidak mungkin ada di Indonesia gitar yang sama persis
dengan gitar ku itu, gitar itu ku dapat dari ayah sewaktu dia liburan dari Eropa,
dan di Eropa gitar ini di buat hanya sepuluh buah. Jadi tidak mungkin kau
menemukan gitar yang sama dengan milik ku. Kalau kau ingin mengganti gitarku pergi
sana ke Eropa”
“Apa? Ke Eropa?” aku terkejut mendenger apa yang di
katakana oleh Tom.
“Iya ke Eropa, tapi jika kau mau membantu ku, kau tak
perlu mengganti gitarku”
“Aku harus membantu mu apa? Cepat katakana!”
“Kau datang di acara ulang tahun ayah ku dan menjadi
teman wanita ku”
“APAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA, TIDAK MUNGKIN”
teriak ku histeris
“Oke tak masalah kau menolak, silahkan sana pergi ke
Eropa dan cari gitar yang sama dengan milik ku”
Aku berada dalam kebimbangan, tak mungkin aku pergi ke
Eropa papah ku pasti tidak mengizinkan, karena liburan semester kemarin aku
baru saja pulang berlibur dari sana belum lagi aku harus membeli gitar yang
harganya pasti mahal sekali. Apakah aku harus membantunya? Hati ku seperti
bergejolak, aku serasa berada di bawah air terjun yang deras, bertubi-tubi air
menghantam ku dengan sangat keras, membuat kepala ku sakit.
Dengan berat hati, dan dengan badan yang bergematar
aku bicara pada Tomi, tak berani aku menatap kedua bola matanya, entah mengapa
tiba-tiba jantungku berdebar-debar dengan sangat hebat, aku hanya dapat
menunduk agar tidak terlihat bahwa aku gugup.
“To..mmm” terbata-bata aku mengucapkan nama Tomi
“Iya..” jawab Tomi santai
“Aku terima tawaran mu untuk menjadi teman wanita mu
di acara ulang tahun papa mu, tapi hanya satu malam aku jadi teman wanita mu
tidak untuk seterusnya” jawab ku dengan nada tinggi.
*
Aku berdiri di atas balkon kamar ku, aku memandang
langit, malam itu angkasa di penuhi dengan bintang-bintang yang sinarnya cukup
membuat nyaman hati ku, angin bertiup dengan lembut menyentuh hingga kalbu,
pepohonan seperti melambai-lambai kearah ku yang sedang membayangkan wajah Tomi
di lamunan ku, dengan tersipu malu tanpa sadar aku tersenyum siput saat wajah
Tomi hadir dalam lamunan, tiba-tiba aku terjelembab tersadar bahwa aku sedang
melamun saat klakson mobil papah terdegar dengan keras dari balik pagar,
memangggil pak kardi cepat membukakan pintu.
*
Hari ini aku sedikit terlambat tiba di kampus, oh
ternyata tak ku duga dosen yang menyebalkan itu sudah datang, dengan nafas
terengah-engah, keringat bercucuran di seluruh keningku membuat ku nampak
usang, tergopoh-gopoh aku memasuki pintu kelas, dengan suara lembut aku
mengucapkan salam.
“Selamat pagi, pak!” dengan badan sedikit di
bungkukan.
“ Jam berapa ini?” dengan nada datar tanpa melihat
kehadiran ku.
“Maaf pak, saya terlambat” dengan nada pelan hampir
tak terdengar
“Sudah tau terlambat buat apa masuk, perkuliahan sudah
di mulai sejak 15menit yang lalu” masih dengan nada datar tanpa ekspresi.
“Maaf pak” aku bicara masih dalam keadaan tarikan
nafas yang belum beraturan.
“Yasudah sana duduk, kasihan habis lari maraton maklum
rumahnya jauh tidak ada angkutan” dengan nada mengejek keaarah teman-teman yang
berada dalam kelas.
Kelas manjadi riuh, teman-teman tertawa saat mendengar
ejekan Pak Sunaryo utuk ku.
“Makasih Pak” aku berjalan menuju bangku kosong.
Baru saja bokong ku menempel di bangku, dosen
menyebalkan itu sudah menggoda ku lagi,
“Coba Zetlin, kau sebutkan Chairil Anwar itu penyair
angkatan tahun berapa?”
“Ya Pak saya tahu, angkatan 45” dengan suara keras aku
menjawab.
“Ya kamu pasti tahu, kamu kan hidup pada zaman itu”
“arrrggggggggggggggggggggghhhhh, aku kesel” aku
menggerutu dalam hati.
“Bapak tidak mau ya punya menantu orang zaman dahulu
macam kamu ini”
“hehehe... iyaaa pak” senyum sinis
“amin-amit juga ya aku punya mertua yang super
ngeselin kaya bapa” masih dalam gerutuan ku dalam hati.
*
“Mei aku sebel sama dosen si rambut klimis, kenapa ya
dia itu seneng sekali melihat aku di permalukan depan teman-teman”
“Sabar ya Zetlin, Pak Sunaryo itu cuma bercanda sama
kamu” Mei mencoba untuk menghiburku
“Lagian menjengkelkan sekali itu dosen, kalau pun dia
punya anak laki-laki mana mau aku sama anaknya, pasti anaknya tidak jauh berbeda
dengan ayahnya yang menjengkalkan itu”
*
Cahaya matahari mulai tenggalam meninggalkan bumi,
hari ini adalah hari yang tak ku harapkan, sebentar lagi malam tiba dan Tomi
akan menjemputku untuk hadir ke acara ulang tahun ayahnya, dan sekaligus aku
akan menjadi teman wanitanya Tomi. Aku tak terbayang apa yang harus ku lakukan
nanti saat bertemu ayahnya Tomi.
Aku mulai
bersiap-siap, malam ini aku mengenakan gaun berwarna biru lembut serta
dipadukan dengan jilbab yang kulilit berbentuk bunga di atas kuping sebelah
kanan berwarna biru senada dengan warna gaun yang dikenakan, aku lengkapi
penampilan dengan membalut kaki ku yang jenjang dengan sepatu berhak tinggi
berwarna hitam bertabur permata yang akan memancarkan cahaya jika dalam suasana
gelap.
“Zetlinaaaaaaa.......” teriak mama
“Iya mam...” teriak ku dari kamar
“Cepat turun, ada teman mu”
“Wah Tomi sudah datang” badanku mulai bergetar,
tubuhku terasa dingin, kaki ku terasa berat untuk melangkah.
*
Tomi tampak sangat tampan dan berkharismatik, mala ini
Tomi bagaikan laki-laki paling semurna di mataku, ia mengenakan kemeja berwarna
biru dibalut dengan jas hitam sesuai dengan bentuk tubuhnya yang atletis,
rambutnya di tata rapih, dan sangat harum aroma parfum yang dipakainya
sepertinya hati ku meleleh melihat Tomi, aku berasa mimpi malam ini.
“Heiii....kamu kenapa Zetlin” sambil melambaikan
tangannya kedepan waajahku.
“Oh...tidak apa-apa” aku mencoba
bangun dari lamunan ku
“Kamu terpesona ya lihat
ketampananku” dengan wajah mengejek sambil merapihkan kerah.
“Sudah ayo cepat kita turun dari mobil” ajak ku
mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Sepertinya kamu ingin cepet-cepat, sudah tidak sabar
ya mau aku gandeng tangannya” ejek Tomi pada ku
“Apa sih Tom, ingat ya aku mau datang ke sini karna
aku bertanggung jawab atas gitar mu yang tidak sengaja aku siram” ucap ku ketus
sambil mengarakan telunjuk tepat mendarat di depan wajahnya.
Sesampainya aku di depan pagar, banyak sekali tamu
yang datang sepertinya aku mengenal tamu-tamu yang datang di sini.
“Zetlina yang tampak sangat cantik sekali mala mini,
tunggu di sini sebentar ya aku mau panggil ayah ku” bisik Tomi dengan lembut di
telinga ku.
Jantungku berdebar-debar saat Tomi membisikan
kata-kata tadi, aku serasa salah tingkah, dan sepertinya wajah ku kini memerah.
Selang tak seberapa lama dari tengah kerumunan Tomi
datang menghampiri ku, dengan tenang ia menggandeng tanganku berjalan menuju
pinggir kolam berenang,
“Bunda... ayah mana?” Tanya Tomi pada seorang wanita
cantik yang sangat mirip dengannya.
“Ayah di dalam sedang bersiap-siap, sebentar lagi juga
keluar”
Tiba-tiba jantungku terasa berhenti, saat sesosok
laki-laki keluar dari dalam rumah,
“Ayah ini pacar aku...”
“Pacar mu” dengan wajah yang kaget.
“Tomi ini benar ayah mu” tanya ku dengan lembut.
Aku sungguh tak menyangka ternyata ayah Tomi adalah
Pak Sunaryo, dosen yang sangat menyebalkan bagi ku, terlintas dalam hati aku
ingin berlari tetapi bagi ku inilah saatnya untuk membalas rasa sakit hati, Pak
Sunaryo pernah berkata pada ku bahwa ia tak ingin memeliki menantu seperti ku,
tetapi ternyata hari ini aku akan menjadi calon menantunya walau hanya rekayasa
antara aku dan Tomi.
“Selamat malam Om, selamat ulang tahun” dengan lembut
aku mengucapkan kata-kata itu sambil mencium tangannya agar terkesan sopan.
“Ternyata kamu ini pacarnya Tomi” tanya Pak Sunaryo
dengan terheran-heran.
“Iya om, saya pacarnya Tomi” dengan memberikan
senyuman yanhg sangat manis agar meyakinkan aku benar-benar kekasih Tomi.
Tiba-tiba Pak Sunaryo memegang dada, wajahnya mulai
pucat pasi, badannya mulai sempoyongan tidak dapat berdiri tegak lagi.
Orang-orang di sekeliling mulai panik, Bunda Tomi mulai histeris.
“Tomi cepat panggil ambulance”
Dan ternyata Pak Sunaryo memiliki penyakit jantung,
jantungnya kumat, sepertinya dia kaget saat mengetahui kekasih Tomi adalah aku,
padahal aku hanya pura-pura menjadi teman wanita Tomi. Tetapi aku cukup puas,
sehingga nanti di kelas Pak Sunaryo tidak dapat mengejek ku lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar