Resensi
Pertemuan Dua Hati adalah sebuah novel karya Nh. Dini. Novel
ini da novel ini, terdapat banyak sekali tokoh-tokohnya. Tapi, hanya ada dua
tokoh utama dan beberapa tokoh pembantu. Salah satu tokoh utama dalam novel ini
adalah Bu Suci. Bu Suci adalah seorang guru yang baru saja pindah dari
Purwodadi ke Semarang. Bu Suci atau Bu Suci adalah orang yang baik, ramah,
ulet, dan sesuai dengan namanya, suci. Dalam cerita ini, Bu Suci adalah tokoh
protagonis. Waskito adalah salah satu tokoh utama yang pada awalnya berwatak
antagonis dan menjadi protagonis menjelang akhir cerita berkat Bu Suci. Waskito
adalah orang yang kasar, kurang ajar, dan salah satu murid yang “sukar” di
sekolahnya.
Pertemuan Dua Hati ini menceritakan seorang guru SD bernama
Bu Suci. Hampir 10 tahun mengajar di Purwodadi. Dia tinggal bersama suami, 3
orang anaknya dan uwaknya. Suaminya bekerja sebagai montir di sebuah perusahaan
di kotanya. Dalam cerita, Bu Suci dan keluarganya pindah ke Semerang karena
suaminya dipindah-tugaskan. Di Semarang, Bu Suci tetap menjadi guru SD tempat
anaknya bersekolah. Pada hari pertama ia mengajar, Bu Suci memperkenalkan diri
kepada murid-muridnya dan mengabsen kehadiran muridnya. Hari itu ada 3 anak
yang tidak hadir, salah satunya adalah Waskito. Setelah empat hari mengajar,
Waskito belum juga masuk. Bu Suci menanyakan kepada murid-muridnya tentang
ketidakhadiran Waskito. Dari murid-muridnya, dia mengetahui bahwa
teman-temannya tidak menyukai Waskito, sebab Waskito adalah anak yang kasar,
kurang ajar, dan sulit diatur. Menurut guru-guru yang pernah mengajar kelas
tersebut, mereka menganggap Waskito sebagai murid yang sukar.
Setelah
itu, Bu Suci mengirim surat kepada Nenek Waskito. Sore hari yang telah
ditentukan, Bu Suci mengunjungi rumah Nenek Waskito. Dari nenek Waskito, dia
memperoleh banyak informasi tentang Waskito. Waskito pernah dipukul oleh
ayahnya karena dia membolos. Selama berada di rumah orangtuanya, dia tidak
pernah ditegur dan diberi tahu mana yang baik dan buruk. Tetapi selama tinggal
1,5 tahun dirumah Neneknya, Waskito bersikap manis, sopan, sering mengerjakan
tugas rumah, masuk sekolah secara teratur. Hasilnya Waskito menjadi murid yang
normal. Rapotnya menunjukan kemajuan. Namun, orang tuanya mengambilnya kembali.
Setelah mendengar semua informasi mengenai Waskito dari neneknya, Bu Suci jadi
mengerti perasaan Waskito.
Pada suatu hari, Waskito membunuh seekor
kelinci yang dibawa temannya. Teman-temannya melaporkan pada guru dan Bu Suci
langsung mengajak Waskito bicara. Waskito menolak untuk mengobrol dan
menghindar dari Bu Suci. Hari demi hari, Bu Suci mencoba untuk mendekati
Waskito, mengajaknya untuk berkonsultasi. Lama kelamaan, hati Waskito luluh dan
bersedia untuk berbicara. Seperti kata neneknya, kemarahan dan kesukarannya
didorong oleh hati yang kekurangan perhatian dari keluarganya. Selama tiga
bulan keadaan tenang dan Waskito tidak membuat onar.
Hingga pada suatu hari, Waskito mengamuk saat
jam istirahat. Guru-guru mengusulkan agar Waskito dikeluarkan dari sekolah.
Tapi Bu Suci mempertahankan muridnya tersebut. Dia meminta waktu satu bulan
kepada sekolah untuk mengubah sifat Waskito yang tidak baik. Kepala Sekolah pun
mengabulkan permintaannya. Sejak kejadian itu, pada waktu istirahat Bu Suci
lebih sering berada dikelas. Bu Suci pun sering mengobrol dengan Waskito. Bu
Suci merasa lebih dekat dengan muridnya tersebut. Pada raport berikutnya berisi
angka-angka normal. Waskito tidak pernah mengacau seperti yang dilakukannya
tempo hari. Pada akhir tahun pelajaran, Waskito naik kelas. Budenya datang ke
sekolah berterima kasih kepada Kepala Sekolah, guru-guru terutama kepada Bu
Suci. Atas keuletannya, Waskito menjadi murid yangt lebih dari biasa.
Sinopsis
Di sebuah kota hidup seorang gadis yang bernama Suci. Ia ingin sekali
menjadi seorang sekertaris. Tetapi orang tuanya menginginkan dia untuk menjadi
seorang guru. Akhirnya ia pun menuruti kehendak orang tuanya. Hingga suatu hari
ia pun menikah dengan seorang pria yang berfrofesi sebagai montir. Ia pun di
karuniai 3 orang anak. Karena pekerjaan suaminya itu, ia pun harus pindah ke
kota lain mengikuti suaminya.Suci pun melamar sebagai guru baru di sebuah
sekolah, dan anaknya pun bersekolah di sekolah itu. Sehari setelah ia mulai
bekerja di sekolah itu, ia berusaha untuk mendapat mengenal dan memahami anak
didiknya satu persatu. Ia memiliki seorang murid yang sedikit aneh dan bandal.
Anak itu bernama Wasito. Setiap harinya Wasito hanya membuat onar di kelas, dan
mengganggu teman-temannya. Suatu hari ibu Suci ingin berkunjung kerumah nenek
Wasito, karena Wasito tingal disana.Ia ingin mengetahui sebab-sebab mengapa
Wasito bertingka seperti itu. Sesampainya di rumah neneknya, ibu Suci pun mulai
berbincang-bincang dengan nenek Wasito. Nenek Wasito pun menceritakan semua hal
tentang Wasito. Ternyata Wasito itu hanyalah seorang anak yang kurang perhatian
dan kasih saying dari kedua orang tuanya. Sebenarnya ia adalah seorang anak
yang pintar dan baik. Setelah mengetahui itu semua, ibu Suci pun membantu
membimbing Wasito untuk menjadi lebih baik. Hingga suatu hari ibu Suci pun
berhasil. Wasito menjadi anak yang pintar di kelas. Dan menjadi juara kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar